Zona Nyaman Itu Bernama Sertifikasi Guru (Tunjangan Serifikasi ) ?

Motivatorpendidikan.com- Berikut ini adalah bacaan wajib bagi guru yang berusia 20-35 tahun yang di atas itu jangan coba-coba baca !

Tahun 2009 saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sertifikasi guru lewat jalur PLPG, waktu itu usia saya masih 25 Tahun,waktu itu tidak banyak guru yang usianya masih muda bisa ikut sertifikasi, bahkan saya bertemu dengan guru-guru negeri yang PLPG sertifikasi guru yang masa usia mengajarnya tinggal menghitung tahun.

Pada waktu itu banyak guru senior dari negeri yang bilang sama saya, “Wah mas hebat ya, masih muda sudah sertifikasi guru, bisa menikmati uang sampai pensiunnya lama bagat tuh”. Begitu mereka bilang ke saya dan saya pun pada masa itu senang bangat dong, bayangkan saya akan dapat tunjangan semurur hidup mengajar saya.

Pada tahun 2010 akhirnya saya bisa menikmati uang sertifikasi guru, uang yang ada saya gunakan untuk menyelesaikan kuliah s2 saya dan alhamdulillah cukup membantu walau tidak terlalu banyak dan akhirnya pada tahun 2011 saya lulus kuliah. Setelah saya lulus kuliah S2 akhirnya uang sertifikasi saya gunakan untuk biaya kebutuhan lainnya dan pada akhirnya saya merasa begitu dimanjakan dengan uang tiga bulan sekali tersebut.

Selain saya banyak juga teman-teman yang menikmati uang sertifikasi, tapi sepengetahuan saya sedikit sekali yang menggunakan uang tersebut untuk meningkatkan kualitas diri seperti kuliah, beli buku, ikut pelatihan dan yang lainnya. Padahal amanat pemerintah uang sertifikasi untuk meningkatkan kualitas guru, namun banyak guru yang tidak sadar akan hal ini.

Komentar dari gurupun beragam, karena mereka merasa sudah berada pada Zona Nyaman, bahkan mereka akhirnya mengatakan “Ah, saya gak mau jadi pejabat sekolah jadi guru biasa saja sudah cukup gajinya” kalau dihitung-hitung katanya gaji guru dari yayasan dan sertifikasi perbulan kurang lebih 4-5 juta cukuplah”. Sementara jadi kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bebannya sangat berat padahal tunjangan gak terlalu besar, begitu kata mereka.

Ya saya merasakan sendiri sempat terlena dalam Zona Nyaman menikamti uang sertifikasi guru, cukup mengajar sesuai jadwal, mengerjakan administrasi yang akan di cek pengawas setiap 6 bulan sekali dan setiap 3 bulan sekali tigal pergi ke ATM untuk menikmati uang tersebut.

Pada saat Zona Nyaman tersebut saya akhir tersadar, wah kalau saya merasa cukup dengan begini saja, dengan ilmu yang sudah di dapat, tidak mau ikut pelatihan lagi, tidak mau sekolah lagi, tidak mau membangun jaringan, tidak mau berinvestasi untuk ilmu agama dan tidak mau meningkatkan kapasitas diri, maka sepuluh tahun yang akan datang saat saya usia 40 tahun mungkin akan ada generasi baru yang lebih hebat dari saya dan kemudian saya akan jadi guru biasa-biasa saja dan mungkin akan tereleminasi.

Saya Putuskan Keluar Zona Nyaman

Saat saya memutuskan untuk keluar dari Zona Nyaman dengan Jabatan Kepala Sekolah, dapat Tunjangan Sertifikasi Guru , dari rumah ke sekolah hanya 3 menit.

Banyak orang yang menganggap apa yang saya lakukan adalah sesuatu yang aneh dan heran, bahkan mungkin saya dianggap nekat. Padahal bagi sebagian Guru jabatan kepala sekolah dan sertifikasi adalah impian segalnya, bahkan banyak guru yang “syrik-syirikan” karena hanya persoalaan sertifikasi.

Sampai saat inipun masih ada orang yang bertanya, “Bapak benar melepas sertifikasi, kenapa, gak saya tuh” dan pertanyaan serupa yang lainnya. Sayapun menjawab cukup dengan Iya.

Kemudian tepat pada bulan Juni 2015 saya memutuskan untuk keluar dari Zona Nyaman tersebut dan memutuskan segala fasilitas yang ada selama ini.

Jangan sampai sertifikasi mengalahkan keyakinan kita kepada Allah

Sejujurnya saya sempat deg-degan juga ketika bulan-bulan pertama tidak beraktivitas sebagai kepala sekolah dan menikmati sertifikasi guru tersebut. Namun akhirnya saya terus untuk meyakinkan bahwa Allah maha kaya yang telah menjamin rejeki bagi diri saya, istri dan anak-anak dan Alhamdulillah sampai saat ini saya masih hidup dengan rezeki yang Allah berikan.

Belajar dari para ustadz dan sosok inspiratif yang keluar dari Zona Nyaman demi untuk mendapat kebaikan yang lebih bermanfaat semakin menguatkan tekad saya untuk terus mengembangkan sayap dan memulai aktivitas baru di hari-hari berikutnya.

Jangan coba-coba keluar dari Zona Nyaman sebelum yakin punya bekal yang lebih baik.

Sebelum saya memutuskan untuk keluar dari Zona Nyaman tersebut sayapun butuh minimal 4 tahun untuk mengambil keputusan, sesungguhnya sejak saya lulus s2 saya sudah ingin keluar dari Zona Nyaman tersebut namun hati ini belum begitu kuat. Sayapun terus berdoa sama Allah agar diberi kemudahan untuk mendapatkan sebuah aktivitas terbaik, sebuah kesibukan yang tidak menjauhkan dan melalaikan tugas saya untuk beribadah kepada Allah dan sebuah aktivitas yang bisa mendapatkan rizki yang halal yang membuat saya dan keluarga hidup tentram. Kira-kira doa itu yang sepanjang tahun saya panjatkan kepada Allah.

Satu bulan sebelum saya memutuskan mengundurkan diri dari jabatan sekolah selama kurang lebih 1,5 jam saya menjawab berbagai pertanyaan guru kenapa saya harus segera keluar dari Zona Nyaman. Intinya saya sampaikan bahwa saya sudah punya target hidup disetiap pase kehidupan saya dan kalau itu saya lewatkan maka bisa jadi mimpi-mimpi saya tidak akan terwujud.

Saya tetap mencintai Profesi Pendidik

Menjadi pendidik adalah passion saya, maka saya terus mengembangkan sayap melakukan sinergi dengan banyak pihak untuk terus meningkatkan kualitas diri dan juga kualitas teman-teman sejawat, guru, dosen, pelajar dan mahasiswa.

Jangan Matikan Mimpi Kita Karena Zona Nyaman

Pesan saya untuk guru-guru yang berusia muda, jangan pernah berhenti untuk mewujudkan mimpi-mimpinya dan segerlah keluar dari Zona Nyaman, ketika kehidupan anda malah semakin menurun secara kualitas. Padahal ada punya potensi besar yang harus terus diasah, karena budaya lingkungan sekolah kemudian melemahkan mimpi-mimpi anda dan ada harus terlena dalam zona nyaman bersama-sama guru yang lainnya.

Jadi pesan saya adalah untuk guru muda jadilah guru Inspiratif yang terus mau belajar, saya sering mengatakan “Pendidik yang hebat adalah mereka yang terus mau belajar memantaskan diri”.

Tulisan ini saya tunjukan untuk anda guru-guru muda yang punya mimpi besar untuk membangun kualitas pendidikan Indonesia.

Share