Akhirnya Ku Akhiri Perang Melawan Allah dan Rasulnya

 

Judulnya NgeriBangeut yah….

Awalnya saya tidak mau menulis tentang hal ini, takut menjadi riya dalam hati saya, sehingga berdosalah saya. Namun setelah beberapa bulan saya pikirkan akhirnya saya putuskan menulis catatan yang cukup panjang ini. Besar harapan saya tulisan ini bisa menguatkan kembali kepada teman-teman yang saat ini  ingin terbebas dari BERPERANG MELAWAN ALLAH DAN RASULNNYA.

 

Berikut ini adalah kisah nyata saya, semoga menjadi ibroh bagi kita semua.

Akhir Desember 2009 setelah saya menikah saya masih tinggal dikontrakan kecil dengan ukuran sekitar 2,5 M x 4 M, ya sangat kecil, tapi Alhamdulilah cukuplah untuk  tidur dan aktivitas lainnya, yang hanya memiliki aset satu buah lemari baju, satu buah televisi, satu buah tiker (Kredit Hasil Riba) dan satu buah motor yamaha Juviter (Kredit Menggunakan Bank Syariah).

Setelah menikah seorang yang selama ini cukup  membantu  dalam kehidupan saya menawarkan rumah yang dia miliki untuk ditempati oleh saya dan istri saya. Kebetulan beliau memiliki investasi rumah dibeberapa perumahan, terserah katanya saya mau tinggal dimana saja. Namun dengan halus saya katakan gak usah bu, sekarang saya cukup tinggal dikontrakan saja (Karena saya gak enak sebenarnya, sudah banyak merepotkan.he..he..).

Tidak jadi menempati rumah yang ditawarkan akhirnya saya putuskan untuk mencari kontrakan baru dan Alhamdulillah akhirnya dapat kontrakan yang lebih baik dari sebelumnya, ukurannya sekitar 2,5 M x 7 Meter dengan fasilitas kamar mandi di dalam, satu buah kamar dan satu buah kamar tamu.

Saat itu dikontrakan saya masih tinggal sendiri, loh lalu istri saya dimana bukannya baru menikah ? Sekitar satu tahun setengah  menikah saya belum tinggal bersama, istri saya masih di kampung halaman sementara saya kedinginan dikontrakan sendirian he..he.., Jadi kami bertemu seminggu sekali setiap akhir pekan.

Saat itu istri saya masih menyelesaikan kuliah S1 nya, sementara saya sedang berjuang juga untuk menyelesaikan kuliah S2 saya, Alhamdulillah dengan tepat waktu akhirnya kuliah S2 saya selesai juga begitupun dengan istri saya selesai juga kuliah S1 nya.

September 2010 alhamdulillah putri pertama kami lahir, sebuah anugerah yang luarbiasa. Setelah putri kami berusia 6 bulan akhirnya saya putuskan untuk membawa istri dan anak ke kontrakan kami dan akhirnya pensiun juga istri saya menjadi guru di sekolah.

Seiring dengan perkembangan putri kami yang semakin besar rasanya saya khawatir jika putri kami berkembang kurang baik ditempat kontrakan yang tidak luas ini, akhirnya saya putuskan untuk mecari informasi tentang perumahan.

Tahun 2010 pemerintah mengeluarkan program perumahan bersubsidi dengan cicilan tetap , akhirnya saya mencari-cari perumahan yang menjual program tersebut. Singkat cerita dapatlah saya perumahan dengan DP yang cukup terjangkau, walau DP terjangkau saya gak punya uang. He..he..

Dengan kebaikan ibu yang menawarkan rumahnya untuk ditempati seperti yang saya ceritkan di atas, akhirnya beliau meminjamkan uang kepada saya untuk proses kredit rumah tersebut. O ia ibu tersebut meminjamkan uang tanpa bunga, bahkan saya bisa melunasi kapan saja jika saya punya uang, Alhamdulillah sekitar dua tahun akhirnya saya bisa melunasinya.

Dari keinginan memiliki rumah yang lebih luas inilah awal dari sebuah peperangan saya dengan Allah dan Rasulnnya.

Kajian tentang riba sebenarnya sudah saya sering dengar sebelum saya menikah, namun karena pada saat itu belum terlalu mendalami tentang hukum riba, akhirnya proses kredit dengan bank masih saya jalani. Seperti kredit motor dan karpet.

Begitupun saat proses akad selesai mengambil rumah yang saya tempati saat ini, tentu sudah memahami tentang riba namun lagi-lagi karena keyakinan yang belum kuat tentang hukum riba akhirnya peperangan itupun terjadi. Lagi pula anggapan saya pada saat itu cicilan tetap dengan tidak bertambah selama 15 tahun, tidak riba dong, kan tidak ada pertambahan bunga.

Disnilah terkadang saya merasa bahwa memang sebelum kita melakukan transaksi harusnya kita pelajari dulu tentang segala halnya, tentang akad, tentang perbankan, tentang hukum riba sehingga kemudian kita tida terjebak melawan Allah dan Rasulnya. Namun karena keinginan lebih besar, semua itu terlewatkan begitu saja bahkan saya anggap tidak penting.

Saya merasa rumah ini benar-benar riba justru ketika dalam tahun pertama saya ada beberapa kali terlabat bayar cicilan, kemudian pihak Bank menelepon saya bahwa saya harus membayar denda tugakan. Dari sinilah saya sudah sangat yakin bahwa ini adalah transaksi riba.

Sejak kejadian itu akhirnya saya rajin mendengarkan kajian tentang riba, apa hukumnya dan bagaimana dampaknya. Sungguh ternyata dosa riba ini sangat mengerikan.

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (Al Baqarah: 278-279)

Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim, Syaikh Al Albani mengatakan: shahih lighairihi)

Selama itu pula akhirnya saya berpikir mana mungkin selama 15 Tahun saya harus beperang melawan Allah dan Rasulnnya, mana mungkin selama 15 tahun saya harus berzina dengan ibu saya. Hiks…hiks… rasa mengerikan sekali dosa riba ini.

Masa sih saya harus menempati tempat tinggal untuk saya, istri dan anak-anak saya justru sebuah tempat yang Allah dan Rasulnya sangat benci dalam transaksinya dalam hukumnya.

Kadang saya suka merasa berdosa, ketika dulu dalam hati suka nyir-nyir ustadz-ustadz yang lebih memilih ngontrak daripada kredir rumah, bahakan hati ini mungkin juga pernah berprasangka buruk , dasar ustadz-ustadz so idealis, apakah gak sayang sama anak istrinya, masa anak istrinya tinggal ditempat seperti itu. Ternyata justru saya yang tidak sayang sama anak dan istri, bukan ustadz-ustadz yang istiqomah tersebut.

Semoga Allah mengampuni dosa kita selama ini…

Seiring berjalannya waktu, saya sering bangeut mendengar kisah pertobatan dari pelaku riba, bahkan dari teman-teman dekat saya yang satu Halaqah. Ada diantara mereka yang terkena penyakit aneh, ada diantara mereka yang tidak tergugah hatinya untuk sholat atau melalaikan sholat ke masjid lagi-lagi karena dosa riba. Kemudian setelah mereka bertaubat berusaha melunasi hutang riba tersebut saya melihat keshalihan dari pribadi mereka. Mereka bekerja apa saja yang penting halal dan tidak melailakan ibadah kepada Allah, bahkan mereka merasa tidak malu walaupun seorang sarjana dari kampus terkenal.

 

“Dari jabir radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat pemakan riba, pemberi riba, penulis dan kedua orang yang menjadi saksi atasnya” Ia berkata: “Mereka itu sama (saja).” (Hadits riwayat Muslim, 3/1219.)

“(Uang) riba itu meski (pada awalnya) banyak, tetapi pada akhirnya ia akan (menjadi) sedikit.”( Hadits riwayat Al-Hakim, 2/37; Shahihul Jami’, 3542.)

Dari berbagai kisah dan kehidupan nyata para pelaku riba dan  tentu terutama dari dalil-dalil dan hadist yang sahih yang sudah kita ketahui sangat besar dosanya. Saya tidak ingin musibah datang dulu pada diri saya dan keluarga saya baru saya bertaubat.

Akhir selama ini pula saya terus berusaha berdoa kepada Allah agar diberikan rejeki yang halal dan secepat mungkin bisa melunasi hutang riba.

Sampai suatu ketika sekitar tahun 2015 Alhamdulillah saya sudah memiliki cukup uang dibuku tabungan, uang yang ada dalam tabungan tersebut merupakan uang yang diperoleh dari jasa saya mengisi training selama dua tahun terakhir. Jika dibayarkan untuk melunasi rumah Insya Allah sudah lunas. Namun entahlah godaan syaitan lebih besar, sama sekali tidak terpikir untuk melunasi rumah.

Sehingga akhirnya satu minggu sebelum Idul Fitri tahun 2016 saya putuskan untuk membeli mobil secara tunai dari uang tabungan tersebut, sehingga kemudian Allah tegur saya dengan musibah cukup mengerikan dan Alhamdulillah Allah masih berikan saya kesempatan untuk bisa menikmati Idul Fitri 1437 H, Allah selamatkan saya dari sebuah kejadian yang tidak saya duga.

Dari kejadian tersebut hingga satu tahun saat saya mengendarai mobil, saya merasa selalu tidak tenang. Selalu saja muncul pikiran bagaimana mungkin saya membeli mobil secara tunai tapi hutang riba sekitar 9 lagi tahun saya hiraukan. Pertanyaan itu terus menghantui saya, bahkan terkadang berpikir bagaimana jika Allah takdirkan saya meninggal tabrakan saat membawa mobil, Maka saya mati dalam keadaan masih memiliki dosa besar yaitu dosa RIBA.

Sekitar satu bulan menjelang Ramadhan 1438 akhirnya saya sampaikan kepada istri dan anak-anak saya bahwa mobil akan saya jual untuk melunasi hutang riba rumah, istripun mengijinkan begiputpun dengan anak-anak saya. Walaupun ada celotehan dari putri saya, terus nanti kita naik apa dong bi, kalau jalan-jalan, tentang saja sekarang kan ada Taksi Online jawab saya. Maklum saat ini saya memiliki tiga putri , jadi kami saat ini beranggotkan 5 orang, jadi tidak mungkin perjalanan jauh naik dengan satu motor.

Doa itu pula yang saya panjatkan kepada Allah, Ya Allah berikanlah saya dan keluarga kemudahan untuk memiliki kendaran mobil, jujur setelah lima anggota keluarga ini saya akhirnya memanjatkan doa seperti ini. Kemudian Allah berikan kemudahan rejeki kepada saya dan keluarga, mobil bisa saya beli tapi saya lupa dengan doa dan janji saya yang pertama yaitu jika Allah berikan kemudahan rejeki maka akan saya lunasi hutang riba.

Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan saya

Iktiar dari usaha untuk melunasi hutang riba dan cicilan di Bank Syariah

Menjelang Ramadhan 1438 H akhirnya saya diingatkan kembali tentang Riba, dari sebuah Video yang cukup viral di media sosial yaitu solusi-solusi keluar dari riba, salah satunya adalah dengan mejual aset yang kita miliki.

Akhirnya saya putuskan untuk mejual mobil, namun saya pikir bagaimana mungkin bisa secepat yang saya inginkan menjual mobil tersebut, sementara target saya satu minggu sebelum Ramadhan saya ingin mengakhiri peperangan dahsyat ini. Lagi-lagi doa menjadi senjata yang ampuh, saya terus berdoa kepa Allah agar dimudahkan melunasi hutang riba yang ada dengan cara menjual mobil.

Coba-coba pasang iklan disalah satu situs jual beli online cukup populer di Indonesia , Akhirnya Alhamdulillah Allah berikan kemudahan hanya dalam waktu tiga hari mobil laku terjual. Setelah mobil terjual akhirnya saya datang ke Bank untuk menanyakan hutang riba yang harus saya lunasi, Alhamdulillah uang hasil jual mobil cukup untuk membayar hutang cicilan rumah dan cicilan motor di Bank Syariah.

Alhamdulillah lunas …………..

Dua minggu sebelum Ramadhan 1438 H, alhamdulillah saya sudah tidak memiliki hutang sama sekali (Tapi jika ada yang merasa bahwa saya pernah berhutang silahkan komentar dibawah, he..he..)

Sejak itupula saya merasa tenang karena akhirnya peperangan yang cukup lama berakhir juga.

“Dan jika bertaubat (dari kegiatan dan pemanfaatan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 279)

Semoga masih ada kesempatan untuk kita bertaubat, janganlah sampai datang musibah, ujian atau bahkan azab datang kepada kita, karena dosa riba yang kita lakukan barulah kita menyesali dan bertaubat. Cukuplah cerita dari saya dan ratusan pelaku riba yang lain menjadi ibrah bagi kita semua.

Alhamdulillah setelah selesai dari riba, saya merasa tidak ada kesulitan dalam masalah transportasi, walaupun belum memiliki mobil lagi. Saat perjalanan dekat saya menggunakan motor dengan penumpang lima orang.he..he.. (sadis yah, lebih sadis berperang melawan Allah dan rasulnya tahu..) jika perjalanan jauh saya cukup menggunakan transportasi online.

Semoga menjadi ibrah bagi kita semua, semoga Allah berikan keluarga kita harta yang halal, semoga Allah berikan kita keberkahan.

Setelah membaca kisah nyata tentang Riba ini, mungkin bisa saja anda menghiraukan cerita saya, Tapi apakah mungkin anda yang mengaku sebagai Muslim menghiraukan perintah Allah dan Rasullnya, seperti Dalil dan Hadits yang saya sampaikan dalam cerita ini.

Maka sebagai Muslim tugas kita adalah pasrah saja atas segala ketentuan Allah SWT, karena itu yakinlah Allah akan menolong kita atas keyakinan dan ketaatan kita kepada Allah SWT.

Ayo bantu selamatkan saudara-saudara kita terbebas dari dosa Riba. Jika bermanfaat, silahkan dishare

 

Namin AB Ibnu Solihin-Founder www.motivatorpendidikan.com

Written by 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *