Benarkah Aku Mencintai Profesi Guru ?

MotivatorPendidikan.com –  Berikut ini adalah tulisan lama yang pernah saya posting di blog Motivator Kreatif , tulisan sederhana ini telah menginspirasi ribuan guru, setelah membaca tulisan ini kemudian banyak guru yang bermuhasabah diri akan profesi guru yang sedang dijalaninya. Selamat menikmati hidangan di hari sabtu yang indah ini semoga bermanfaat.

Saat malam tiba, di iringi suara jangkrik, kodok, angin sepoi-sepoi dan dinginnya udara musim hujan, kutatap langit yang sudah gelap, awan yang sudah tidak terlihat, bintang yang tak terlihat cahannya. Aku merenung seorang diri tentang perasaan cintaku padanya.

Renungkan untuk diriku, dalam hati kutanyakan pada diriku, benarkah aku mencintainya, jika ia kenapa akau masih mengeluh tentang dirinya, bukankah ketika akau mencintainya sama seperti aku mencintai istri dan anak-anaku, yaitu mencintai segela kelebihan yang mereka miliki dan menerima segala kekurangannya. Bukankah orang yang mencintai itu mau mengorbankan segala yang dimilikinya, waktu, tenaga, uang dan lain sebagainya, tapi aku kenapa begitu sulit mengorbankan itu semua untuk yang aku cintai.

Ah, benarkah aku mencintainya? Jika ia kenapa aku masih sering menulis di Facebook tentang gaji ku yang kecil, statusku yang masih honorer, aku guru di pedalaman, pemerintah tidak perhatian dan keluhan-keluhan lain yang sering aku tulis dan kubagikan dalam grouf-grouf para pendidik. Kulakukan ini semua dengan harapan ada sebuah komentar yang menyemangatiku, namun apa yang terjadi statusku berlalu begitu saja, hanya ada satu, dua yang memberikan like pada statusku dan ada beberapa teman yang mengomentari “sabar…sabar”..

Hem.. bukan hanya itu saja, akupun merasa diri menjadi sosok yang sobong, aku merasa diri sudah pintar, status dan titel sarjana yang kudapatkan selama lebih dari 3 tahun sudah cukup bagiku, untuk menjadikan diriku sebagai guru dengan segala gudang ilmunya. Ah.. betapa malunya aku, harusnya aku terus belajar, harusnya aku tetap membeli buku dan menbacanya seperti saat aku kuliah dulu.Jika aku tetap mencintainya harusnya aku terus memantaskan diri dengan mengikuti pelatihan, workshop, seminar, diskusi dan berbagai kegiatan lain yang terus bisa memantaskan diriku bahwa aku benar-benar mencinatinya.

Sering juga ku katakan kepada murid-muridku, agar mereka menjaga nilai-nilai akhlaknya, tidak menjelek-jelekan teman-temannya, tidak menghina, tidak mengucilkan dan tidak membencinya. Tapi betapa hinanya aku, aku malah asyik berghibah ria bersama teman-temanku di kantor saart istirahat tiba, membicarakan aib pimpinan, sahabat bahkan aib keuarga pun kadang terbawa. Padahal aku tahu bahwa berghibah itu adalah dosa besar. lalu dimana letak kecintaanku padanya bukankah aku seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-muridku, bagi teman-teman sekantorku dan bagi orang tua murid.

Satu lagi kebiasaanku bersama teman-teman, hem… aku hanya bisa menarik nafas, atas segala ke khilafan yang aku lakukan selama ini. Aku benar-benar perlu terus bertanya pada hatiku apakah aku benar-benar mencintainya?, karena jika benar-benar mencintainya, kenapa aku dan teman-teman guru lain masih senag membicarakan murid-murid yang bandel, kurang berprestasi, kurang rapih, bau dan sifat-sifat jelek yang lainnya, bahkan aku dan teman-teman kadang saking asyiknya bisa tertawa lepas. Hem… adai murid-murid yang kubicarakan tahu, mungkin hatinya akan hancur berkeping-keping, kenapa tidak, ternyata guruku saja tidak menerima segala kekurangan yang kumiliku.

Malam itu kurebahkan badanku untuk melepas kelelahan ini, ku tatap atap-atap kamarku, terbayang senyuman murid-muridku, terbayang hijaunya sekolahnya, terbayang teman-temanku mengajarku yang bersahabat, dan terbayang motivasi kepala sekolahku yang hebat.

Malam itu kuputusakn untuk memantapkan cintaku padanya, aku berjanji kepadanya akan ku syukuri nikmat yang telah Allah berikan ini, Gaji kecil yang ku terima akan aku manfaatkan sebaik-sebaiknya dan kini aku harus lebih kreatif dan berdoa kepada Allah agar rejeki yang ku terima semakin bertambah cukup dan semakin berkah.

Dari rejeki yang kumiliki ini, akan aku sisihkan sebagian untuk membeli buku dan mengikuti pelatihan karena aku sadar kini ilmu yang kumiliki semakin tertinggal jauh seiring perkembangan zaman, ku sadari kini murid-muridku lebih cepat mendapatkan informasi. Jika tidak maka kelasku akan kosong, atau mereka ribut bermain di dalam kelas, karena ilmu yang kusajikan layaknya lontong basi yang tak lagi segar untuk di nikmati.

Saat istirahat tiba akan kupasang Headset ditelinga, lebih baik aku mendengarkan murotal sambil menghafal Al-Qur’an atau ku dengarkan ceramah motivasi dari para ustadz dan para pakar, agar waktu istirahatku lebih bermanfaat daripada aku terus berghibah membicarakan kejelakan orang lain, padahal aku saja manusia yang tidak sepurna.

Media sosial yang kumiliku tidak akan aku jadikan tempat mengeluh tentang gaji ku yang kecil, murid-murid yang bandel, pemerintah yang zolim, teman yang iseng, tetangga yang rese. kini akan aku sampaikan segala keluhanku kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.

Terimakasih sahabat engkau telah membaca catatan malamku, sebuah renungan bagi diriku, yang terus memantaskan diri untuk menjadi guru yang di cintai dan diteladani murid-muridku.

Written by 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *