Sekolah saya terletak di sebuah pedesaan yang jauh dari perkotaan, sekolah yang asri, sejuk, rindangnya pepohonan, dan burung-burung bertembangan, adalah pemandangan yang bisa kami nikmati setiap hari.
Untuk bisa sampai sekolah saya berjalan kaki dengan tanpa sepatu atau orang kampung kami menyebutnya dengan istilah “nyeker” . Satu buah buku dan pinsil saya selipkan di kantong celana bagian belakang. Keterbatasan tidak membuat kami kehilangan semangat untuh meraih mimpi dan cita-cita, karena kami yakin anak-anak kampung seperti kamipun bisa meraih sukses.
Sore itu setelah pulang sekolah saya dan teman-teman mengikuti jam tambahan di sekolah, kegiatan ini dilaksanakan agar kami lebih bisa memahami pelajaran lebih baik terutama pelajaran Matekmatika. Adalah ibu Rohana yang memberikan bimbingan kepada kami dengan mengadakan jam tambahan.
Ibu Rohana adalah sosok guru yang perhatian kepada murid-muridnya, sosok yang sederhana dan penuh kelembutan membuat saya menaruh rasa hormat yang luar biasa. Ibu Rohana dan keluarganya tinggal di mess sekolah yang disediakan oleh pemerintah, di rumah yang sederhana dan asri ini bu Rohana hidup dengan bahagia.
Kebahagian itu saya lihat dari wajahnya yang selalu menunjukan kesejukan, keramahan, kesabarannya dalam mendidik saya dan teman-teman yang memiliki kemampuan keterbatasan.
Sore itu saat saya mengikuti pelajaran tambahan tiba-tiba perut menjadi mules dan sakit, kejadian ini terus saya tahan agar tidak menganggu teman-teman yang lain, namun apa yang terjadi ternyata sakitnya makin menjadi-jadi. Akhirnya karena tidak tahan merasakan mules dan sakit, sayapun mulai menangis.
Dengan cekatan ibu Rohana langsung mendekati saya dan mengatakan “Kenapa nak?”, “perut saya sakit bu” jawab saya. Setelah ibu Rohana langsung bergegas menuju kantor untuk mengambil sesuatu, tidak lama akhirnya bu Rohana membawakan segelas air minum dan kayu putih. “Ayo nak minum dulu, ibu oleskan minya kau putih yah”.
Setelah diberikan minyak kayu putih badan saya terasa lebih baik. Karena waktu sudah menjelang sore, bu Rohana akhirnya mengakhirnya kegiatan pembelajaran tambahan sore itu dan akan dilanjutkan pekan depan.
Perhatian bu Rohana membuatku bertambah semangat dalam belajar, saya ingin membuktikan bahwa saya yang tidak pernah mendapatakan rangking selama sekolah dari kelas 1 sampai dengan kelas 4 maka pada tahun ini saya bertekad akan mendapatkan rangking.
Setelah berbulan-bulan bu Rohana memberikan pelajaran tambahan untuk saya dan teman-teman, akhirnya perjuangan itu harus saya buktikan dalam kegiatan Ujian Akhir Sekolah yang akan segera dilaksankan. Saya dan teman-teman berjanji akan mendapatkan hasil yang lebih baik, perjuangan bu Rohana yang luar biasa harus kami hargai dengan hasil ujian lebih baik.
Setelah ujian dilaksanakan, tibalah pembagian raport, dengan deg-degan saya dan teman-teman melihat hasilnya dan inilah pertama kali dalam sejarah hidup saya mendapatkan rangking. Alhamdulillah saya dapat rangking 5, terimakasih bu Rohana atas perjuangannya yang luar biasa.
Sosok bu Rohana sebagai guru yang perhatian dan ramah, menjadi inspirasi dalam kehidupan saya. Sejarah itu kini mengantarkan saya bisa menjadi guru hingga akhirnya menjadi kepala sekolah dan pada tahun 2015 mengantarkan saya menjadi dosen. Kini saat saya mengisi training kisah ini sering saya sampaikan, agar menjadi inspirasi bagi guru-guru lain, yakinlah guru yang mendapatkan gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” adalah pahlawan yang sesunggunya bagi setiap insan manusia.
Tulisan dibuat untuk Lomba Menulis “Guruku Pahlawanku” dan tautan ke halaman http://lagaligo.org/lomba-menulis.